KEWAJIBAN MANUSIA KEPADA ALLAH SEBAGAI MAHLUK YANG DICIPTAKAN SECARA SEMPURNA

KEWAJIBAN MANUSIA KEPADA ALLAH SEBAGAI MAHLUK YANG DICIPTAKAN SECARA SEMPURNA

OLEH: EKO SUROYO

============================================================

KHUTBAH PERTAMA:

 إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

 أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahuwata’ala….

Sebagai salah satu mahluk ciptaan Allah, maka manusia adalah mahluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan di alam semesta ini. Tidak ada mahluk di dunia ini yang pada dirinya terdiri dari jasad, ruh dan akal. Binatang hanya punya jasad dan ruh tapi tidak punya akal, malaikat hanya memiliki ruh dan akal tapi jasadnya tidak terlihat, bintang-bintang di langit yang pada malam hari bersinar menampakkan kemilau cahayanya hanya memiliki jasad tetapi tidak memiliki akal dan ruh. Demikian juga mahluk-mahluk ciptaan Allah yang lainnya, semuanya diciptakan tidak sesempurna ciptaan mahluk Allah yang bernama manusia, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat At-Tiin ayat (4):

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya". 

Mengenai ayat tersebut di atas, As-Sa'di menafsirkannya dalam tafsir As-Sa'di yakni bahwa firman Allah pada ayat tersebut merupakan jawaban sumpah dari ayat-ayat sebelumnya bahwa Allah SWT telah menciptakan diri manusia itu dengan bentuk yang paling sempurna dan paling Indah.

Yang dimaksud dengan ciptakan Allah yang paling Indah itu adalah bentuk tubuh manusia, dan itu merupakan sebaik-baik bentuk makhluk yang paling Indah di muka bumi ini karena adanya  keseimbangan bentuk dan parasnya yang sangat Indah. Tentunya Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang terbaik adalah dengan tujuan besar dan mulia yakni supaya manusia mengkhususkan semua ibadahnya hanya kepada Allah semata dan bukan kepada sesembahan lainnya.

Selain diberikan bentuk yang terbaik, manusia juga diberikan akal yang sangat sempurna, sehingga dengan kesempurnaan akal itu manusia dapat membedakan antara yang haq dengan yang batil, yang baik dengan yang buruk, dan juga dapat membedakan mana hal-hal yang bermanfaat dengan mana hal-hal yang mudharat.  Semua ini merupakan anugerah yang Allah berikan kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluk selainnya. Oleh karena itu sudah selayaknya kita harus senantiasa memperbanyak rasa syukur kepada Allah dengan beribadah sebaik-baiknya sebagai bentuk rasa syukur dan kepatuhan kepada Dzat Yang Maha Sempurna sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.A.W.

Ma’asyiral Muslimin, hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah….

Sebagaimana Allah telah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna, Allah juga menciptakan tuntunan hidup yang sempurna kepada manusia agar memiliki pedoman dalam menjalani kehidupannya sebagai mahluk individu dan mahluk sosial berupa ajaran agama yang sangat sempurna, yaitu Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan agama Islam inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama Islam ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً

Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Ma’idah: 3)

Allah ta’ala juga berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ

Artinya:“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)

Dalam ayat lain Allah ta’ala juga berfirman:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya: “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)

Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda yang artinya, “Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…….

Hakikat beriman kepada Nabi Muhammad S.A.W. adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau ajarkan dengan disertai sikap menerima dan patuh serta ittiba’ terhadap ajaran agama yang telah sempurna ini tanpa kita harus menambah ibadah-ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi S.A.W. karena memang pada hakikatnya kita hanya tinggal melaksanakan kesempurnaan ajaran tersebut, mengikuti apa yang dicontohkan oleh Nabi S.A.W. beserta para sahabat, para tabi’in, para tabi’uttabi’in dan para salafushsholeh yang berpegang teguh hanya kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi S.A.W. sebagaimana Rasulullah S.A.W. bersabda:

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا أبدا مَاان تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Artinya: “Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim)

Dalam hadits yang lain dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Artinya: “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718).

Dari kedua hadits tersebut di atas jelaslah bahwa Agama Islam telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Berbagai penyelesaian masalahpun dibahas tuntas dalam Al Qur’an dan hadits, sehingga sudah seharusnya kita sebagai umat Islam merasa bangga dengan kesempurnaan agama Islam yang kita pilih hingga akhir hayat nanti.

Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkannya, antara lain:

1.   Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang mahluknya untuk berbuat kesyirikan.

2.   Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.

3.   Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.

4.   Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.

5.   Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.

6.   Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan durhaka kepada mereka.

7.   Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.

8.   Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap buruk kepada mereka.

Secara umum dapat dikatakan bahwa Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya:

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak kerabat dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90).

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat jum’at yang dimuliakan Allah….

Dalam kesempatan khotbah jum’at ini, khotib mengingatkan kembali kepada diri dan jama’ah yang hadir untuk mari sama-sama kita merenung sesaat, bahwa di balik kesempurnaan lahiriah yang Allah ciptakan untuk kita sebagai manusia, ternyata kita juga memiliki keterbatasan di dalam memahami ajaran agama yang telah Allah wahyukan kepada Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam, yaitu kita sering kali malas untuk mengikuti kajian-kajian sunnah dalam rangka meningkatkan pemahaman kita tentang ajaran agama Allah yang mulia. Dalam beragama kita terkadang lebih banyak ikut-ikutan (taklid) dengan ritual agama yang bercampur dengan tradisi dan budaya tanpa kita pernah menyadari bahwa sesungguhnya ritual-ritual tersebut bertentangan dengan apa yang dicontohkan oleh teladan umat Baginda Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam. Kehadiran Nabi Muhammad S.A.W. pada awalnya adalah untuk mengoreksi budaya jahiliyah yang ada di Jazirah Arab karena memang tidak selamanya budaya itu bisa dianggap baik dan tidak semua budaya itu dianggap buruk. Agama Islam hadir di Indonesia bukan untuk mengapuskan budaya nenek moyang serta leluhur kita, namun hadirnya Agama Islam di Indonesia adalah sebagai filter untuk meluruskan budaya dan tradisi yang ada agar terhindar dari perbuatan syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat.

Almarhum K.H. Zainudin M.Z. yang dikenal sebagai da’i berjuta umat dahulu juga pernah mengingatkan agar umat Islam jangan menjadikan tontonan sebagai tuntunan dan malah menjadikan tuntunan sebagai tontonan. Maksudnya adalah bahwa apa yang sudah dituntun oleh Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi wassalam sebagai sebaik-baik teladan seharusnya menjadi pedoman kita dalam menjalani ritual agama secara benar. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit mari kita pelajari ajaran agama Islam secara baik dan benar dengan mengenali kemurnian agama Islam sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadits sehingga secara bertahap kita bisa belajar meninggalkan ritual-ritual agama yang bercampur dengan khurafat, bid’ah dan kesyirikan. Kita semua mengetahui bahwa tidak ada teladan terbaik di muka bumi ini selain Nabi kita Muhammad Sholallahu ‘alaihi wassalam yang Allah utus sebagai pembawa risalah kebenaran untuk meluruskan akhlaq manusia di muka bumi ini sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al Ahzab ayat (21):

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Demikian khotbah jum’at yang singkat ini, semoga dapat menjadi renungan kita bersama untuk berusaha terus meningkatkan pemahaman kita terhadap Agama Islam sehingga kita bisa meneladani cara beribadah yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Nabi S.A.W.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

 

KHUTBAH KEDUA:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Ma’asyiral Muslimin, jama’ah sholat jum’at Rohimakumullah……

Pada khotbah jum’at kedua ini, khotib mengajak kepada jama’ah untuk mari kita berdo’a kepada Allah, memohon ampunan kepada Allah agar umat Islam di Indonesia diberikan kekuatan untuk mengamalkan ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Kita berdo’a agar wabah pandemi Covid19 ini segera berakhir seiring dengan berakhirnya kemaksiatan dan kemusyrikan yang semakin merajalela ditunjukan melalui media sosial dan berbagai media propaganda lainnya yang menyudutkan agama Islam yang dilakukan oleh kaum munafik dan kelompok-kelompok yang merasa paling Pancasilias dan merasa paling mengetahui makna toleransi dalam kehidupan beragama dengan membuat statement-statement di media sosial yang berisi hujatan kepada para ulama, para da’i dan para tokoh Islam yang lantang menyerukan kebenaran agama Islam.

Kita menyadari bahwa perbedaan adalah sebuah takdir, sehingga kebhinekaan yang ada di negara kita tidak bisa dipaksa harus diseragamkan dengan mencampuradukkan tata cara beribadah lintas agama karena hal tersebut sudah pasti menyelisihi dari ajaran agama Islam. Yang wajib diperjuangkan adalah hadirnya keadilan sosial, hadirnya kesetaraan di dalam hukum, dan hadirnya sikap menghormati serta toleransi dalam menjalankan ibadah masing-masing, berbuat baik dengan tetangga dan tidak ikut campur terhadap perkara-perkara agama lain. Inilah makna kebhinekaan yang dimaksud dalam Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, berbeda-beda tetapi tetap rukun, bersikap adil dalam urusan mu’amalah dan bukan menyatukan perbedaan menjadi sebuah kolaborasi dalam ritual ibadah.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبّنَا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا

 رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا

 رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

 

 

Bagikan