Menjaga Amal Agar Tidak dibatalkan oleh Allah

Khutbah Jumat Tentang Menjaga Amal Agar Tidak dibatalkan oleh Allah…

KHUTBAH PERTAMA:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ … فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama’ah sholat jum’at yang Insya Allah senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala...

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa kita hidup di dunia ini, Allah perintahkan untuk banyak beramal shalih. Karena sesungguhnya amal sholeh itulah perbekalan terbaik bagi setiap mukmin dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat kelak. Tidak ada perbekalan yang terbaik dalam kehidupan di dunia ini selain dari amalan shalih dan ketaqwaan kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala.

Kita masuk surga bukan karena banyaknya ilmu atau banyaknya harta, akan tetapi kita masuk surga karena banyaknya amalan shalih kita. Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. An-Nahl[16]: 32:

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Masuklah kalian ke dalam surga disebabkan oleh amalan-amalan kalian.”

Walaupun tentunya amal tanpa ilmu pun tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya amalan shalih adalah perbekalan terbaik yang kita bawa menuju kuburan. Karena seseorang di alam kubur, keselamatannya selama menanti datangnya hari kiamat ditentukan oleh amal shalihnya. Amal berupa keimanan dan ketaqwaannya, amal berupa amalan anggota badannya ataupun lisannya, dan yang terpenting adalah amalan hatinya.

Namun ada sesuatu yang lebih besar yang hendaknya kita pikirkan sejak saat ini setelah kita beramal, setelah kita diberikan oleh Allah kemampuan dan kekuatan untuk beramal shalih, setelah kita diberikan oleh Allah kekuatan dan kemampuan untuk berdzikir kepada Allah, ada tugas lain yang lebih berat dari itu, yaitu menjaga amal agar tidak dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berapa banyak orang-orang yang beramal akan tetapi ia tidak berusaha menjaga amalnya. Akibatnya Allah batalkan amalan dia. Maka saudara-saudaraku sekalian, seorang mukmin biasanya merasa khawatir kalau amalnya dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat, dia khawatir kalau ternyata amal shalihnya di hari kiamat tidak memasukkan ia ke dalam surga melainkan justru malah menjerumuskan dirinya ke dalam api neraka. Na’udzubillah min dzalik…

Kaum muslimin, jama’ah sholat jum’at rahimakumullah….

Banyak perkara yang menyebabkan amal seorang hamba dibatalkan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Diantaranya yaitu seseorang yang merasa ujub, merasa bangga diri dengan banyaknya amal kebaikan. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berkata:

العجب محبط للأعمال

“Ujub itu bisa membatalkan amal seorang hamba.”

Ketika seorang hamba melaksanakan shalat tahajud atau sholat-sholat sunnah lainnya, lalu dia merasa bangga dengan sholatnya, maka seketika Allah batalkan amalnya. Ketika seseorang telah berhasil menghafal Al-Qur’an, lalu ia bangga dengan hafalannya, Allah batalkan amalnya. Ketika seseorang telah melakukan berbagai macam amalan shalih tetapi kemudian amalan shalih itu malah menimbulkan kesombongan dan kebanggaan pada dirinya, maka ujub itu termasuk syirik kecil. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ujub termasuk syirik kecil karena hakikatnya seakan-akan dia mengungkit kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal yang memberikan kepada dia kekuatan untuk beramal shalih hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Allah….

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan ada tiga perkara yang bisa membinasakan seorang hamba dari kebaikan dengan batalnya amal shalih. Perkara yang pertama adalah seseorang yang merasa bangga/ujub dengan pendapatnya, merasa bangga dengan dirinya atau merasa bangga dengan kehebatan atau kekayaan yang dimilikinya, padahal yang membuat seorang hamba terlihat hebat di mata manusia, semata-mata hanyalah Allah Subhanahuwata’ala…

إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Seseorang merasa ujub/bangga dengan dirinya.”

Kemudian perkara yang kedua, yang bisa membatalkan amal yaitu kita tidak takut kepada Allah saat kita sendirian. Imam Abu Dawud meriwayatkan dalam sunannya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengambarkan bahwa nanti pada hari kiamat akan didatangkan seorang laki-laki yang membawa pahala sebesar-besar gunung Tihamah, kata Rasulullah. Ternyata Allah batalkan dan hancur-leburkan amalannya itu. Sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah orang itu? Sungguh sangat merugi orang itu. Membawa pahala besar sebesar-besar gunung Tihamah ternyata Allah malah batalkan pahalanya.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Mereka itu adalah suatu kaum seperti kalian mengambil malam, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang apabila bersendirian dengan keharaman Allah dia berani melanggar keharaman Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Dia lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah, dia lebih takut diawasi manusia daripada diawasi oleh Allah. Sehingga pengawasan Allah bagi dia sesuatu yang hina dimatanya. Saat ia diawasi oleh atasannya, saat ia diawasi oleh manusia, saat ia diawasi oleh istrinya, ia bertakwa kepada Allah. Tapi ketika tidak ada yang mengawasi dirinya, padahal Allah selalu mengawasi dirinya. Dia tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia berani melanggar larangan Allah, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebutkan dalam hadits tersebut. Dia membawa pahala sebesar-besar gunung Tihamah, lalu Allah batalkan dan hancurleburkan amalannya.

Betapa meruginya diri kita jika mengalami hal seperti itu, yang takutnya kepada Allah saat kita berada di hadapan manusia saja, tapi ketika kita sendirian tidak menjadi hamba yang takut kepada Allah, padahal Salafush Shaih terdahulu mereka ketika sendirian sangat takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perkara ketiga yang bisa menghabiskan dan membatalkan amal kita adalah kedzaliman kita kepada orang lain dengan cara mengghibah ataupun menyakiti hatinya dan yang lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam Majmu’ Fatawa berkata bahwa seburuk-buruknya seorang dermawan adalah seorang yang dermawan dengan pahalanya, yaitu dia memberikan hadiah pahala kepada orang lain dengan cara dia mengghibahi manusia, dia sakiti hati orang lain, dia pukul orang lain, dan dia celakakan orang lain, maka sungguh orang ini termasuk orang-orang yang bangkrut nanti pada hari kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟

“Tahukah kalian siapa orang-orang yang bangkrut itu?” kata Rasulullah. Maka para sahabat berkata:

الْمُفْلِسُ فِينَا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ ، وَلَا مَتَاعَ لَهُ

“Orang yang bangkrut menurut kami wahai Rasulullah adalah orang yang ludes hartanya.”

Kemudian Rasulullah berkata kembali, bahwa orang yang bangkrut pada hari kiamat adalah orang yang datang membawa pahala shalat, membawa pahala puasa, membawa pahala zakat, membawa pahala haji dan umroh serta membawa pahala-pahala besar yang lainnya, namun karena dia pernah mengghibahi orang lain, dia pernah menyakiti hati orang lain, dia pernah menempeleng orang lain, bahkan dia pernah mengucurkan darah seseorang apalagi darah orang mukmin yang tidak berdosa

فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ

“Maka iapun berikan amalan shalih itu kepada orang-orang yang pernah ia dzalimi di dunia,"

فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ

“Ketika amal shalihnya telah habis padahal yang didzalimi masih banyak,”

Apa yang terjadi? Maka diambillah dosa-dosa orang yang didzalimi itu, lalu ditimpakan kepada dirinya, lalu iapun dilemparkan ke dalam api neraka jahanam.

Subhanallah, saudaraku kaum muslimin sekalian. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang dermawan dengan amalan shalih untuk kita berikan kepada orang lain. Padahal kita sangat butuh pada hari kiamat kepada pahala kita. Tapi kemudian kita berikan kepada orang lain dengan cara mengghibahnya, dengan cara menyakiti hatinya, atau dengan membunuh orang yang tidak bersalah karena hawa nafsu kita semata yang tertutup oleh gemilaunya kekuasaan belaka.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Jama’ah sholat jum’at rohimakumullah…..

Perkara lain yang bisa membatalkan amal shalih kita, yaitu seseorang mengharapkan kehidupan dunia dari amalnya. Yang dia harapkan di hatinya adalah kehidupan dunia. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Huud ayat 15 dan 16:

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. 11:15) Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. 11:16) (Huud: 15-16).

Sehubungan dengan ayat ini Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini. Demikian itu karena mereka tidak dianiaya barang sedikit pun. Ibnu Abbas mengatakan, "Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, 'Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya, sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi'."

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Anas ibnu Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.

Qatadah mengatakan, "Barang siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu." Dalam hadis yang marfu’ telah disebutkan hal yang semisal dengan ini.

Allah Swt. telah berfirman dalam surat Al Israa ayat 18-21:

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا كُلا نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلا}

Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik Kepada masing-masing golongan —baik golongan ini maupun golongan itu— Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebih¬kan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al-Isra: 18-21).

Dalam Surat Asy-Syura ayat 20, Allah Subhanahuwata’ala berfirman:

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ}

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya; dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat (Asy-Syura: 20)

Bayangkan saudaraku sekalian..

Seseorang ketika ia beramal shalih, tujuan terbesar di hatinya adalah dunia, ketika seseorang melakukan shalat dhuha, ternyata tujuan dan niat terbesar di hatinya adalah ingin meraih kehidupan dunia, meraih kekayaan atau meraih kekuasaan. Ketika seseorang shalat tahajud, ternyata niat utama di hatinya mengharapkan kehidupan dunia, maka seketika Allah batalkan amalannya. Karena seakan-akan dunia lebih penting dan lebih mulia bagi dia daripada amal shalih dan pahala. Padahal dunia di mata Allah adalah sesuatu yang hina sekali, kata Rasulullah lebih hina daripada bangkai anak kambing. Tapi kemudian amal shalih yang mulia kita jadikan sebagai tangga untuk mengharapkan kehidupan dunia. Demi Allah, seorang mukmin harus meyakini bahwa kehidupan dunia adalah fana dan kehidupan akhirat adalah abadi sehingga seorang mukmin harus berusaha keras untuk meraih kebaikan di akhirat dengan sempurna dengan menjaga amalan shalih agar tidak dibatalkan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Ketahuilah, bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir, sehingga kehidupan dunia ini seharusnya hanya dipandang sebagai sarana untuk dapat mengejar kehidupan akhirat yang lebih mulia . Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam riwayat Tirmidzi bahwasannya dunia ini:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ

“Dunia ini penjara untuk orang yang beriman dan surga untuk orang-orang yang kafir.” (HR. Muslim)

Maka saudaraku seiman, mari kita jaga amalan kita. Jika kita sudah banyak beramal shalih, Alhamdulillah. Bersyukurlah kita kepada Allah yang telah memberikan kepada kita kekuatan untuk beramal shalih, namun tugas kita selanjutnya adalah menjaga amalan shalih kita agar jangan sampai dibatalkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga keimanan kita dan senantiasa melindungi diri kita dari segala sifat riya atau ujub dalam beramal yang pada akhirnya akan membatalkan seluruh amal kebaikan yang sudah kita kerjakan dengan susah payah selama ini. Mari kita berdo’a dan bermunajat kepada Allah, semoga Allah menutup semua pintu-pintu kemaksiatan bagi kita dan membuka seluas-luasnya pintu kebaikan bagi kita dan keluarga, agar kita termasuk golongan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah dengan amalan yang diterima.

Do’a khutbah jum’at:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ رَبّنَا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عباد الله: إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Bagikan